Rabu, 30 Maret 2011

SABU-SABU, MENGAPA KOK BANYAK YANG SUKA

Sabu-sabu begitu populer di kalangan pengguna narkoba apakah itu artis, remaja, pengusaha, anggota dewan bahkan aparat penegak hukum, begitu banyak nama beken yang sudah terjerumus menggunakan psikotropika ini. mengapa ia begitu disukai dan begitu mudah didapat dan bertahun-tahun dipakai tidak terlihat efeknya ?

Sabu-sabu atau bahasa farmasinya metamfetamin adalah golongan psikostimulan, adalah obat berupa kristal putih yang mudah menguap sehingga pemakaiannya sering dengan cara dihisap. obat ini mudah dibuat dengan proses sederhana dari bahan-bahan yang legal didapatkan misalnay ephedrin yang sering juga digunakan sebagai dekongestan pada obat antiinfluenza tidak heran jika banyak pabrik sabu gelap di negeri ini membuatnya mudah diperoleh dan relatif murah.

Di otak, sabu-sabu bekerja dengan cara menghambat transporter ambilan serotonin dan dopamin dan norepinefrin, sehingga kadar ketiga neurotransmitter ini menjadi demikian tinggi di otak. ketiga neurotransmitter tadi terutama dopamin adalah neurotransmitter yang berperan penting pada "sensasi nikmat" dan merupakan titik kerja utama semua obat narkotika dan psikotropika yang disalahgunakan.
Pada penggunanya sabu memberikan rasa percaya diri, sikap bersahabat, cinta, rasa gembira dan energi yang lebih. Pengguna sabu sanggup bertahan bekerja, berpesta 24 jam bahkan lebih. Tidak heran obat ini disukai oleh para artis yang memang mereka membutuhkan wajah yang selalu tampil ceria, tubuh yang energik ditengah jadwal syuting dan show yang padat dan persoalan hidup yang mendera.

Tidak seperti heroin (putauw), sabu tidak meninggalkan bekas suntikan, tidak menimbulkan bau mulut seperti pada pengguna ganja, tidak ada gejala sakaw dan tidak semahal dan seadiktif kokain. Efek yang dirasakan pengguna sabu selepas dari euforianya adalah lelah yang berlebihan yang akan hilang setelah si pengguna istirahat dan tidur yang panjang. Hal ini sering membuat para pemakainya menyatakan ini adalah obat yang aman, benarkah?

Metamfetamin atau sabu jelas bukan obat yang aman, Intoksikasi akut sering menyebabkan pasien mengalami psikosis paranoid, gangguan irama jantung dan hipertensi. Pada penggunaan jangka panjang dan sering obat ini akan menyebabkan depresi dan gangguan memori akibat kematian sel saraf serotonin. Penggunaan jangka panjang juga menyebabkan rapuhnya pembuluh darah otak yang tak jarang disusul dengan stroke perdarahan yang mengakibatkan kematian.

Berhenti dari sabu bukan hal yang tidak mungkin, bahkan relatif mudah dibandingkan berhenti dari putauw (heroin). Kemauan yang keras dari pasien dan dukungan keluarga sangat penting. Perubahan lingkungan harus dikerjakan karena hal-hal yang mengingatkan pengguna akan sabu misalnya bertemu bandar, atau melihat bong akan menimbulkan keinginan yang sangat kuat untuk memakainya kembali (drugs craving). Depresi yang terjadi dapat diatasi dengan antidepresan dan memori dapat diperbaiki dengan latihan dan obat-obat neuroprotektan.